أهلا وسهلا - شكرا كثيرا - جزاكم الله خيرا

Sabtu, 18 Juni 2011

ZAMAN BANI ABBASIYAH



Zaman Bani Abbasiyah adalah masa Bani Abbas yang dimulai dari jatuhnya Bani Umawiyah pada tahun 750M/132H dan berlangsung selama 5 abad sampai dengan tahun 1258M/750H. Daulah Abbasiyah sebagai daulah kedua dalam sisitem monarki pemerintahan islam setelah Umawiyah tetap meletakan sastra dalam posisi terhormat. Tidak sedikit para khalifah Abbasiyah adalah pecinta seni dan sastra sebut saja Abu Ja'far al Mansur, beliau adalah seorang khalifah yang memiliki cita rasa seni tinggi di antara khalifah bani Abbasiyah.
1.       Faktor Perkembangan Sastra
a. Politik
Ketika Daulah Abbasiyah mencapai kekuasaan tertinggi islam, terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat dan pada porsi tertentu antara politik dan sastra saling mempengaruhi. Pergeseran paling fundamental terjadi ketika pusat kekuasaaan dipindahkan dari Damaskus dengan tradisi arab kental ke Baghdad dengan tradisi Parsinya.Bercampurnya orang Arab dengan orang Persia yang menghasilkan generasi baru, yang tentu saja sangat berpengaruh dalam puisi mereka.

b. Sosial masyarakat
          Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umawiyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif penduduk setiap daerah dengan daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah.
Majlis nyanyian dan musik menjadi trend dan style kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Maestro dunia tarik suara terkenal bermunculan pada masa ini diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq.
c. Dunia intelektual dan pengetahuan
Berkembangnya peradaban di era Abbasiyah ditandai dengan derasnya aktivitas intelektual masyarakat islam. Kerajaan sangat bersemangat dalam menyokong semua aktivitas penterjemahan literatur asing ke Bahasa Arab. Kerajaan sangat bersemangat dalam menyokong semua aktivitas penterjemahan literatur asing ke Bahasa Arab. Abu Ja'far al Mansur adalah khalifah pertama yang menerjemahkan literatur asing ke bahasa arab diantaranya karya-karya Aristoteles, buku Sanad India dan berbagai literatur lainnya.
Darul Hikmah di masa harun ar Rasyid telah menjadi pustaka dunia dengan menyimpan beribu-ribu literatur asing Romawi, Yunani, Parsi dan India kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Kemajuan ini diikuti dengan lahirnya ribuan Ulama dan sastrawan. Baghdad berubah menjadi mercusuar peradaban dan tujuan cendikiawan dan pencari ilmu dari seluruh pelosok negri.
2.    Karakteristik Puisi-Puisi pada Zaman Abbasiyah
a. Dari segi Makna
Al-Iskandary menyebutkan karakteristik puisi Arab pada zaman Abbasiyah dari segi makna sebagai berikut:
1)       pikiran dan gagasannya tertata rapi dan teratur
2)       daya imajinasinya melampaui batas-batas rasionalitas dan melahirkan penggambaran yang indah
3)       kaidah-kaidah filsafat, idiom-idiom agama, dan kata-kata hikmah digunakan untuk penguatan pesan dan gagasan.
b. Dari segi Tema
                Tema-tema pada zaman Abbasiyah ini sama pada zaman sebelumnya, tapi ada juga tema yang baru seperti zuhdiyyat (zuhud), khamriyyat (minuman keras), thardiyyat (perburuan), kisah-kisah beradab, deskripsi tantang makanan, pemandangan, taman-taman bunga, dan lain-lain. Para penyair zaman ini terkenal dengan keindahan makna, pembaruan, dan perluasan imajinasinya.
                Kata-kata dan bentuk puisi pada zaman ini dipengaruhi oleh peradaban baru. Bahasanya halus dan jelas. Kata-kata yang digunakan oleh penyair adalah kata-kata yang baik. Mereka banyak menggunakan gambaran-gambaran dan perumpamaan yang indah dan mereka juga menjaga hubungan antara bagian-bagian puisi atau qasidah tersebut dan susunan strukturnya. Berikut ini merupakan salah satu karya puisi zaman Abbasiyah.
دع عنك لومي فإن اللوم إغراء                 وداوني بالتي كانت هي الداء
صفراء لا تنزل الأحزان ساحتها                لو مسّها حجر مسته سرّاء
قامت بإبريقها والليل معتكر                              فلاح من وجهها في البيت لألاء
Jangan kamu mencelaku karena celaan itu membuatku bertambah sakit
tapi obatilah aku dengan obat yang kamu anggap sebagai penyakit
Warnanya kuning, di mana pun dia berada tak ka nada kesedihan
andai batu padas disentuhnya akan memancarkan kegembiraan
Dia datang dengan guci-gucinya ketikamalam t’lah menjelang
wajahnya memancarkan kebahagiaan memenuhi penjuru ruang
2.       Prosa Pada Zaman Bani Abbasiyah
Pada zaman Bani Abbasiyah, surat menyurat menjadi semakin penting dalam rangka penyelenggaraan sistem pemerintahan yang semakin kompleks. Dalam genre prosa, muncul prosa pembaruan (النثر التجديدي) yang ditokohi oleh Abdullah ibn Muqaffa dan juga prosa lirik yang ditokohi oleh antara lain Al-Jahizh. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah Kisah Seribu Satu Malam (ألف ليلة و ليلة). Masa Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Sastra Arab. Karena Islam juga eksis di Andalusia (Spanyol), kesusastraan Arab juga berkembang disana. Pada zaman Harun Al-Rasyid, berdiri Biro Penerjemahan Darul Hikmah.Berikut contoh prosa pada zaman Abbasiyah:
a. Korespondensi kekhalifahan
Korespondensi kekhalifahan dipercayakan kepada dewan atu sekertaris istana. Penulis terkenal anatara lain: Abu Al Fado Muhammad bin Al Amid (w 360 H/ 970 M), Abu Ishaq Al Shabi (w 384 H/ 994 M), Al Qadli Al Fadhil (596 H/ 1200 M).
b. Esai sastra
Esai sastra melukiskan perbincangan, melaporkan pidato, menuturkan kisah, atau menguraikan tema keislaman, moral, atau kemanusiaan.
c. Maqamat
Badi al-Zaman al-Hamadzani dikenal sebagai pencipta maqamah, sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya.
Pada zaman Bani Abbasiyah inilah prosa berkembang subur. Mulai dari novel, buku-buku sastra, riwayat, hikayat, dan drama.Bermunculanlah para sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik pusi maupun prosa. Dari yang ahli sebagai penyair (seperti Abu Nuwas), pembuat novel dan riwayat (asli maupun terjemahan), hingga pemain drama..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar