أهلا وسهلا - شكرا كثيرا - جزاكم الله خيرا

Rabu, 15 Juni 2011

MAKNA KATA جاء , أتى DAN حضر DALAM AL QURAN

A.     PENDAHULUAN

                Al Quran sebagai mukjizat yang digunakan untuk menarik perhatian masyarakat yang gemar bersyair merupakan wacana yang menggunakan bahasa yang tinggi nilai sastranya. Oleh karena itu perlu diadakan kajian analisis untuk mengetahui maksud kata yang terkandung dalam Al Quran.
            Dalam hal ini, kami akan mencoba menganilisis kata jaa-a, ataa, dan hadhara dengan analisis sinonimi. Sinonimi merupakan salah satu fenomena linguistic dan sastra di dalam Al Quran. Maksudnya, Al Quran banyak menggunakan kata yang bersinonim. Verhaat (1978) dalam Chaer (2002) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain.
            Namun, ada salah satu pandang n yang menolak keberadaan sinonimi bahwa pada dasarnya tidak ada dua kata yang bersinonim, karena kata-kata yang dipandang bersinonim itu mengandung perbedaan makna. Berdasarkan penelitiannya Asy-Syathi’ (1996) mengemukakan bahwa Al Quran menggunakan secara cermat kata-kata yang dipandang bersinonim tersebut dengan makna masing-masing.
            Di antara kata yang tampak bersinonim di dalam Al Quran adalah jaa-a, ataa, dan hadhara. Apa makna masing-masing kata tersebut? Benarkah ketiga kata tersebut bersinonim? Kajian ini dimaksudkan untuk menemukan makna ketiga kata tersebut di dalam Al Quran.
            Abdulloh (1997) dengan mengutip Bintu Syathi’ mengemukakan bahwa kajian penggunaan kata di dalam Al Quran perlu memperhatikan tiga hal yaitu bentuk kata (tunggal, jamak, nomina pelaku, dan sebagainya), kedudukan (fa’il, maf’ulbih, dan sebagainya), dan konteks.
            Untuk melakukan studi makna ketiga kata tersebut, dilakukan langkah-langkah berikut. Pertama, mencari ayat-ayat yang mengandung kata  jaa-a, ataa, dan hadhara. Kedua, mengidentifikasi dan menulis ayat-ayat yang mengandung kata jaa-a, aata, dan hadhara. Ketiga, menganalisis makna masing-masing kata tersebut berdasarkan konteks kalimat dan konteks komunikasinya serta memperhatikan bentuk dan kedudukan kata di dalam kalimat.

B.      PEMBAHASAN

1.      Makna Kata جاء
Dalam kamus Al Munawwir kata jaa-a bermakna “datang atau tiba”.
Dari analisis terhadap makna kata jaa-a di dalam Al Quran ditemukan tiga makna, yaitu (a) datang atau tiba, (b) membawa, (c) kembali. Berikut sebaran ketiga makna tersebut:

Datang/ Tiba
Membawa
Kembali
Al A’raf: 34
Al A’raf: 43
At Taubah; 48
Yunus: 47
Yunus: 49
Yunus: 80
Huud: 58
Huud: 66
Huud: 69
Huud: 76
Huud: 82
Huud: 94
Huud: 101
Yusuf: 96
Al An’am: 61
At Taubah: 48
Al Hijr: 61
An Nahl: 61
Al Israa’: 5
Al Israa’: 7
Al Israa’: 81
Al Israa’: 104
Al Kahfi: 98
Al Mu’minun: 27
Al Mu’minun: 44
Al Mu’minun: 99
Asy Syuaraa’: 41
An Naml: 36
Al Ankabut: 10
Al Ahzab: 19
Sabaa’: 49
Faathir: 45
Ash Shaaffat: 84
Az Zukhruf: 53
Az Zukhruf: 63
Muhammad: 18
Al Qamar: 41
Al Hadiid: 14
Nuuh: 4
An Nashr: 1
Al An’am: 91
Al An’am: 160
An Naml: 89
An Naml: 90
Al Qashas: 37
Al Qashas: 84
Al Qashas: 85
Ash Shaaffat: 37
Az Zumar: 33
Al Mu’min: 78

Al Maa-idah: 6
An Nisa’: 43
Yusuf: 72
           
Makna kata jaa-a yang bermakna “datang atau tiba”, pada umumnya berhubungan dengan kedatangannya nabi/rasul/utusan/malaikat, kematian, dan azab; selain itu sebagian besar menunjukkan bahwa kegiatan datang itu telah berlangsung (makna dilihat dalam satu ayat), misalnya pada S. Yunus: 47, S. Al An’am: 61, dan S. Huud: 94 berikut.

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya” (S. Yunus: 47)

“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (. Al An’am: 61)

“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya” ( S. Huud: 94)

                Berbeda dengan kata jaa-a yang bermakna “membawa”. Kata ini hanya digunakan dalam konteks yang berhubungan dengan kitab, amal yang baik (kebaikan) atau amal yang buruk (kejahatan), dan petunjuk atau kebenaran, misalnya pada S. Al An’am: 91, S. S. Al An’am: 160, dan S. Al Qashaah: 84 berikut.

 
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, Padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya” (S. Al An’am: 91)

“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” ( S. Al An’am: 160)

“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan” (S. Al Qashaah: 84)

                Adapun  kata jaa-a yang bermakna “kembali” hanya digunakan dalam konteks pembicaraan tentang bersuci dan dalam upaya pengembalian sesuatu yang hilang, misalnya pada S. Al Maa-idah: 6 dan S. Yusuf: 72 berikut.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (S. Al Maa-idah: 6)

“Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya”(S. Yusuf: 72)


2.      Makna Kata Ataa
Makna kata ataa dalam kamus juga berarti datang atau hadir. Sedangkan berdasarkan hasil analisis terhadap makna kata ataa dalam Al Quran, ditemukan dua makna, yaitu (a) datang dan (b) menghadap. Berikut ini sebaran makna tersebut:

Datang
Menghadap
An Nahl: 1
Thaahaa: 60
Thaahaa: 69
Adz Dzariyaat: 52
Al Insaan: 1
Asy Syu’araa’: 89

Kata ataa di dalam Al Quran yang bermakna “datang” digunakan dalam konteks kegiatan “datang”  yang akan dilaksanakan atau belum terjadi (sesuai konteks dalam kalimat  atau ayat), maksudnya kedatangan itu belum terjadi karena ada kegiatan lain yang sedang berlangsung pada waktu itu (makna dilihat dari satu ayat), misalnya pada  S. Thaahaa ayat 60 dan S. Thaahaa ayat 69
“Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian Dia datang” (S. Thaahaa ayat 60)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa kegiatan datang belum terlaksana ketika Fir’aun meninggalkan tempat dan mengatur tipu daya. Jadi, kedatangan itu akan terlaksana setelah kegiatan Fir’aun meninggalkan tempat dan mengatur tipu daya itu sudah terlaksana. 
“Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".(S. Thaahaa ayat 69)

Dalam ayat ini juga dapat diketahui bahwa kegiatan datang belum terlaksana.

Sedangkan kata ataa yang bermakna menghadap hanya terdapat dalam S. Asy Syu’araa’ ayat 89
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”

3.      Makna Kata حضر
Makna kata hadhara dalam kamus juga berarti hadir atau datang sebagaimana kata jaa-a dan aata. Sedangkan berdasarkan analisis terhadap makna kata hadhara dalam Al Quran, ditemukan dua makna yaitu (1) hadir atau datang dan (2) menghadapi. Berikut ini sebaran makna tersebut.

Hadir/ Datang
Menghadapi
Al Baqarah: 133
Al Baqarah: 180
An Nisaa’: 8
An Nisaa’: 18
Al Maaidah: 106
  
Kata hadhara yang bermakna “hadir atau datang” konteks terjadinya kegiatan datang berbeda dengan konteks terjadinya kegiatan datang yang menggunakan kata jaa-a dan ataa. Kegiatan datang yang menggunakan kata hadhara berlangsung bersamaan dengan kegiatan lain yang sedang berlangsung (maknanya dilihat dari satu ayat), misalnya pada S. Al Baqarah ayat 133 dan S. An Nisaa’ ayat 8

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa” (S. Al Baqarah ayat 133)

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”.(S. An Nisaa’ ayat 8)

Jadi, dalam kegiatan datang yang terdapat dalam S. Al Baqarah ayat 180 berlangsung bersamaan dengan terjadinya sakaratul maut Ya’qub. Sedangkan kegiatan datang dalam S. An Nisaa’ ayat 8 berlangsung bersamaan dengan terjadinya pembagian waris.
Sedangkan kata hadhara yang bermakna “menghadapi” hanya terdapat dalam satu ayat saja yaitu pada S. Al Maaidah ayat 106

“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang Dia akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) Kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun Dia karib kerabat, dan tidak (pula) Kami Menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya Kami kalau demikian tentulah Termasuk orang-orang yang berdosa".

Variasi makna ketiga kata yaitu jaa-a, ataa, dan hadhara dalam penggunaannya di dalam Al Quran dapat dirangkum dalam tabel berikut.:
جاء
أتى
حضر
Datang atau hadir
membawa
Menghadap atau menghadapi
kembali

Apabila diperhatikan, tiga makna pada ketiga kata tersebut mempunyai hubungan. Pada dasarnya ketiga kata tersebut sama-sama mempunyai makna datang atau hadir, namun penggunaan masing-masing kata tersebut harus disesuaikan dengan konteks kalimat. Kata jaa-a digunakan ketika kegiatan datang telah berlangsung, kata ataa digunakan ketika kegiatan datang belum terlaksana, dan kata hadhara digunakan ketika kegiatan datang berlangsung bersamaan dengan kegiatan lain dalam satu kalimat atau ayat tersebut.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa (a) kata jaa-a, ataa, dan hadhara merupakan sinonim dan (b) kata jaa-a, ataa, dan hadhara merupakan polisemi.







C.    SIMPULAN

Berdasarka analisis di atas dapat diambil simpulan bahwa kata jaa-a, ataa, dan hadhara mempunyai hubungan. Ketiga kata tersebut sama-sama mempunyai makna “datang atau hadir”, namun penggunaan masing-masing kata tersebut harus disesuaikan dengan konteks kalimat bahwa
(1)   kata jaa-a digunakan ketika kegiatan datang telah berlangsung terlebih dahulu daripada kegiatan lain yang terdapat dalam satu kalimat atau ayat
(2)   kata ataa digunakan ketika kegiatan datang belum terlaksana ketika ada kegiatan lain dalam satu kalimat atau ayat
(3)   kata hadhara digunakan ketika kegiatan datang berlangsung bersamaan dengan kegiatan lain dalam satu kalimat atau ayat.
Selain itu juga dapat di ambil simpulan bahwa
(a) kata jaa-a, ataa, dan hadhara merupakan sinonim
(b) kata jaa-a, ataa, dan hadhara masing-masing merupakan polisemi.

















D.    DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. 2008. Semantik Bahasa Arab. Malang: Hilal Pustaka.
Al Qur’an Digital.
Maktabah Syamilah.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif.
Tanpa nama. 2007. Al Qur’an dan Terjemah. Solo: PT Tiga Serangkai.

3 komentar: